Pagi ini cuaca agak mendung, sehingga membuat saya ragu-ragu untuk melakukan perjalanan. Kenapa? kalau ke daerah pegunungan kemungkinan akan turun kabut, kalau ke air terjun kemungkinan banjir, kalau ke pantai kemungkinan rob. Lah terus gimana dong?
Ya udah deh dari pada dirumah aja mending keluar langsung siapa tau nanti pas di jalan nemu inspirasi dan tujuan. Ini juga sudah menjadi kebiasaan saya kalau main nggak tau tujuannya kemana. Yang penting jalan dulu. Hehehe..
Singkat cerita saya mampir dulu ke rumah temen yang ada di daerah Boja. Setelah mengisi bensin kami berdua juga masih bingung mau kemana enaknya. Ya maklum saja karena perjalanan ini sama sekali tidak direncanakan jadi agendanya berantakan.
Ya udah saya buka internet dulu untuk mencari cari tempat yang bagus dan nggak jauh dari Kendal. Mengingat langit juga masih agak mendung.
Tak beberapa lama akhirnya saya menemukan gambar yang menarik. Yakni curug lawe. Selama ini setahu saya curug lawe itu adanya di Gunung Pati Semarang. Tapi ini kok di Temanggung juga ada ya. Diliputi rasa penasaran akhirnya kami memutuskan untuk tancap gas menuju kesana. Pas cek lokasi di gps jarak antara Boja dengan curug lawe tersebut cuma 1 jam 6 menit. Ya lumayanlah.
Dari Boja kami menuju ke arah Barat. Kemudian pas melewati Jl. Patean - Boja belok kiri ke arah desa Kaliputih kecamatan Singorojo. Rute yang satu ini pernah saya lewati beberapa waktu lalu. Dan kondisinya jalan rusak berat. Berharap sekarang (22/10/16) sudah ada perbaikan karena sudah lama sekali tidak lewat sini. Tak beberapa lama kemudian. Apa mau dikata ternyata masih sama saja. Hahaha.. Naik motor rasanya kayak naik kapal. kalau pakai motor trail mungkin nggak masalah sih. Tapi kalau naik motor bebek biasa. Ya... dinikmatin ajalah..
Nah curug lawe ini berada di desa Muncar kecamatan Gemawang sob. Lokasinya berada di dekat perbatasan kabupaten Kendal dengan Temanggung. Ada beberapa rute yang bisa kita lewati sebenarnya. Kalau dari arah Barat bisa menggunakan rute Sukorejo - Bejen - belok kiri ke Muntung lalu ke Jumo. Rute dari Bejen sendiri terbilang lebih enak sob, karena jalanan sudah diaspal halus.
Lah terus kalau tau enak kenapa lewat yang nggak enak? ya soalnya mapsnya menunjukan rute tercepat. Iya itu tadi yang tercepat kalau dari Boja. Lewatnya Ngalian Kendal. Walaupun jalanya rusak namun pemandanganya sangat indah sob. Karena kalau lewat sini kan kita lewatnya daerah perbukitan ( dataran tinggi ) jadi kita bisa melihat panorama yang indah. Salah satunya gunung Ungaran.
Curug lawe yang ada di Temanggung ini memang belum terkenal sob, jadi jangan harap pas kamu sampai di desa Muncar kamu bakalan nemu papan penunjuk arahnya. Solusinya ya kamu musti tanya ke warga sekitar.
"Permisi pak, numpang tanya. Curug lawe itu dimana ya?" tanyaku kepada petani yang sedang memupuk sawah.
"Ohh dekat mas, itu disana. Di jembatan itu kemudian belok kanan." jawabnya.
"Terus parkirnya dimana pak?" tanya saya lagi.
"Dititipin disitu nggak papa mas." jawabnya sambil menunjuk rumah yang dimaksud.
"Ohh ya.. yaudah, makasih ya pak."
Sebelumnya kami mengetuk pintu yang punya rumah terlebih dahulu untuk minta ijin. Tak beberapa kemudian ada ibu-ibu keluar dari dalam rumah.
"Buk, mau nitip sepeda motor. Ini kami mau ke curug lawe?"
"Ohh iya mas taruh disitu aja." jawabnya sambil tersenyum.
"Makasih ya buk.. Ohh ya. Ini masih jauh nggak buk curug lawenya?" tanya kami lagi karena masih penasaran.
"Ohh deket kok mas, itu jembatan belok kanan terus turun udah nyampai." jawabnya sambil menunjuk jembatan yang dimaksud.
"Ohh iya.. makasih ya buk, kami tak kesana dulu."
"Iya mas ati-ati."
Nah di desa Muncar ini udaranya masih sangat sejuk hlo sob. Hijaunya pemandangan area persawahan juga menjadi nilai tambah keindahan. Begitu sampai di jembatan yang tadi dimaksud oleh warga rupanya disini terdapat 2 jalan nih sob. Waduh.. ini yang mana coba?
Tak beberapa lama kemudian ada seorang petani yang hendak ke ladang. Dan Alhamdulillah.. ladangnya juga searah ke curug lawe. Akhirnya kami berangkat kesana dipandu dengan bapak petani tersebut.
Pada awal mula kita akan melewati jalan setapak tanah liat. Kemudian berganti dengan bebatuan beberapa saat dan kembali lagi ke jalan setapak tanah liat. Hanya berjarak sekitar 200 - 300 meter kami sudah sampai kebagian atas curug lawe. Dari atas kita dapat melihat sungai aliran curug lawe. Nampak jauh sekali.
"Nah ini bagian atas curug lawe mas." ujar bapak-bapak yang tadi mengantarkan kami.
"Kalau mau turun bisa nggak pak?" tanya saya penasaran.
"Bisa.. lewatnya sana." jawab beliau sambil menunjukan jalan.
"Jauh ya pak?" tanya saya lagi.
"Ya lumayan sih."
Setelah mendapatkan informasi mengenai rute kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri bukit untuk menuju ke bagian bawah curug lawe. Sebenarnya saya sudah ngerasa nggak enak soalnya melihat tingginya curug lawe sudah bisa disimpulkan bahwa perjalanan dan medannya cukup sulit. Otomatis tubuh perlu asupan energi untuk menghadapi semuanya. Tapi apa daya kami lupa membawa bekal apapun. Bahkan air minum pun enggak. Ya udah alamat ngos-ngosan.
Selama perjalanan menuju kesana kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam hijaunya perbukitan sekitar. Sahut sahutan burung-burung juga akan menambah kesan alami yang begitu terasa.
Untuk menuju ke bagian bawah jaraknya cuma sekitar 1 Km. Kalau jalanya datar mungkin bisa cepet ya? tapi kalau jalanya menurun, setapak, serta terjal mungkin agak lama karena harus extra berhati-hati. Nggak cuma medan jalanya aja yang masih susah banyaknya nyamuk-nyamuk kebun juga kerap kali menggigit kami.
Tips buat kamu yang mau kesini jangan lupa bawa minuman ya sob, soalnya disekitar lokasi udah nggak ada warung. Terus bawa pakaian panjang juga, atau jaket. Soalnya banyak nyamuk dan semak belukar yang tinggi bisa membuat kulit gatal. Selain itu kita harus pakai logika dalam memilih jalan. Soalnya nggak ada papan penunjuk arah menuju ke ke lokasi curug.
Tak terasa akhirnya kami pun sampai di bawah curug lawe. Terlihat dengan jelas ketinggian curug lawe ini. Kalau saya perhatikan mungkin berkisar 50 meter. Atau malah bisa lebih. Ternyata sampai bawah pun kami belum bisa bernafas lega karena lokasi curugnya masih agak jauh. Jadi kalau mau lebih mendekat kita harus berjalan menyusuri sungai terlebih dahulu sob. Banyaknya bebatuan membuat perjalanan menjadi agak lambat karena kami harus memilih pijakan batu yang kuat. Sesekali harus menceburkan kaki ke sungai karena tidak ada pijakan. Harus punya pegangan pas melewati arus sungai karena licinya bebatuan didasar sungai kerap kali membuat saya hampir terpeleset.
Di sepanjang aliran curug lawe ini kondisinya begitu kotor. Banyak sampah-sampah rumah tangga yang tersangkut di pinggir-pinggir sungai dan di bebatuan. Sangat disayangkan sih sebenanrnya. Misalkan di kelola dengan baik dan di jaga kebersihanya mungkin objek wisata curug lawe ini bisa menjadi destinasi wisata andalan di kota Temanggung.
Niat kami yang tadinya mau ke bawah curug lawe persis pun akhirnya kandas mengingat semakin kesana medanya semakin sulit. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di pinggir sungai sembari melepas lelah akibat menempuh perjalanan yang cukup menguras energi.
Aliran air curug lawe ini nggak terlalu bening. Warnanya agak-agak keruh. Biota air seperti ikan juga tidak terlihat di bibir sungai. Namun masih ada beberapa spesies capung yang sliwar-sliwer kesana kemari. Selain terdapat bebatuan yang besar di pinggir sungai ditumbuhi oleh semak belukar yang tinggi. (22/1016) Saya melihat tebing di sebelah curug lawe ada yang longsor. Dan nampak ada beberapa batang kayu yang masih tersisa. Memang sampai saat ini kondisinya masih belum begitu terawat.
Tak beberapa lama kemudian matahari kembali tertutup oleh awan. Akhirnya kami memutuskan untuk cabut saja. Nah perjalanan pulang inilah yang malah justru lebih menguras energi. Kenapa? karena medanya menanjak. Mungkin bagi yang sering muncak udah nggak kaget lagi dengan medanya. Di perjalanan pulang ini kami lebih sering beristirahat daripada tadi pas berangkat.
Singkat cerita kami udah sampai diatas dan mengambil sepeda motor yang kami titipkan dirumah warga. Saat pulang kami lebih memilih perjalanan memutar dengan lewat Bejen saja dari pada melewati medan yang seperti tadi pas berangkat. Mending lewat jalan yang bagus tapi jauh ketimbang lewat jalan yang dekat tapi kurang bagus.
Ya udah deh dari pada dirumah aja mending keluar langsung siapa tau nanti pas di jalan nemu inspirasi dan tujuan. Ini juga sudah menjadi kebiasaan saya kalau main nggak tau tujuannya kemana. Yang penting jalan dulu. Hehehe..
Singkat cerita saya mampir dulu ke rumah temen yang ada di daerah Boja. Setelah mengisi bensin kami berdua juga masih bingung mau kemana enaknya. Ya maklum saja karena perjalanan ini sama sekali tidak direncanakan jadi agendanya berantakan.
Ya udah saya buka internet dulu untuk mencari cari tempat yang bagus dan nggak jauh dari Kendal. Mengingat langit juga masih agak mendung.
Tak beberapa lama akhirnya saya menemukan gambar yang menarik. Yakni curug lawe. Selama ini setahu saya curug lawe itu adanya di Gunung Pati Semarang. Tapi ini kok di Temanggung juga ada ya. Diliputi rasa penasaran akhirnya kami memutuskan untuk tancap gas menuju kesana. Pas cek lokasi di gps jarak antara Boja dengan curug lawe tersebut cuma 1 jam 6 menit. Ya lumayanlah.
Dari Boja kami menuju ke arah Barat. Kemudian pas melewati Jl. Patean - Boja belok kiri ke arah desa Kaliputih kecamatan Singorojo. Rute yang satu ini pernah saya lewati beberapa waktu lalu. Dan kondisinya jalan rusak berat. Berharap sekarang (22/10/16) sudah ada perbaikan karena sudah lama sekali tidak lewat sini. Tak beberapa lama kemudian. Apa mau dikata ternyata masih sama saja. Hahaha.. Naik motor rasanya kayak naik kapal. kalau pakai motor trail mungkin nggak masalah sih. Tapi kalau naik motor bebek biasa. Ya... dinikmatin ajalah..
Nah curug lawe ini berada di desa Muncar kecamatan Gemawang sob. Lokasinya berada di dekat perbatasan kabupaten Kendal dengan Temanggung. Ada beberapa rute yang bisa kita lewati sebenarnya. Kalau dari arah Barat bisa menggunakan rute Sukorejo - Bejen - belok kiri ke Muntung lalu ke Jumo. Rute dari Bejen sendiri terbilang lebih enak sob, karena jalanan sudah diaspal halus.
Lah terus kalau tau enak kenapa lewat yang nggak enak? ya soalnya mapsnya menunjukan rute tercepat. Iya itu tadi yang tercepat kalau dari Boja. Lewatnya Ngalian Kendal. Walaupun jalanya rusak namun pemandanganya sangat indah sob. Karena kalau lewat sini kan kita lewatnya daerah perbukitan ( dataran tinggi ) jadi kita bisa melihat panorama yang indah. Salah satunya gunung Ungaran.
Curug lawe yang ada di Temanggung ini memang belum terkenal sob, jadi jangan harap pas kamu sampai di desa Muncar kamu bakalan nemu papan penunjuk arahnya. Solusinya ya kamu musti tanya ke warga sekitar.
"Permisi pak, numpang tanya. Curug lawe itu dimana ya?" tanyaku kepada petani yang sedang memupuk sawah.
"Ohh dekat mas, itu disana. Di jembatan itu kemudian belok kanan." jawabnya.
"Terus parkirnya dimana pak?" tanya saya lagi.
"Dititipin disitu nggak papa mas." jawabnya sambil menunjuk rumah yang dimaksud.
"Ohh ya.. yaudah, makasih ya pak."
Sebelumnya kami mengetuk pintu yang punya rumah terlebih dahulu untuk minta ijin. Tak beberapa kemudian ada ibu-ibu keluar dari dalam rumah.
"Buk, mau nitip sepeda motor. Ini kami mau ke curug lawe?"
"Ohh iya mas taruh disitu aja." jawabnya sambil tersenyum.
"Makasih ya buk.. Ohh ya. Ini masih jauh nggak buk curug lawenya?" tanya kami lagi karena masih penasaran.
"Ohh deket kok mas, itu jembatan belok kanan terus turun udah nyampai." jawabnya sambil menunjuk jembatan yang dimaksud.
"Ohh iya.. makasih ya buk, kami tak kesana dulu."
"Iya mas ati-ati."
Nah di desa Muncar ini udaranya masih sangat sejuk hlo sob. Hijaunya pemandangan area persawahan juga menjadi nilai tambah keindahan. Begitu sampai di jembatan yang tadi dimaksud oleh warga rupanya disini terdapat 2 jalan nih sob. Waduh.. ini yang mana coba?
Tak beberapa lama kemudian ada seorang petani yang hendak ke ladang. Dan Alhamdulillah.. ladangnya juga searah ke curug lawe. Akhirnya kami berangkat kesana dipandu dengan bapak petani tersebut.
Pada awal mula kita akan melewati jalan setapak tanah liat. Kemudian berganti dengan bebatuan beberapa saat dan kembali lagi ke jalan setapak tanah liat. Hanya berjarak sekitar 200 - 300 meter kami sudah sampai kebagian atas curug lawe. Dari atas kita dapat melihat sungai aliran curug lawe. Nampak jauh sekali.
"Nah ini bagian atas curug lawe mas." ujar bapak-bapak yang tadi mengantarkan kami.
"Kalau mau turun bisa nggak pak?" tanya saya penasaran.
"Bisa.. lewatnya sana." jawab beliau sambil menunjukan jalan.
"Jauh ya pak?" tanya saya lagi.
"Ya lumayan sih."
Setelah mendapatkan informasi mengenai rute kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri bukit untuk menuju ke bagian bawah curug lawe. Sebenarnya saya sudah ngerasa nggak enak soalnya melihat tingginya curug lawe sudah bisa disimpulkan bahwa perjalanan dan medannya cukup sulit. Otomatis tubuh perlu asupan energi untuk menghadapi semuanya. Tapi apa daya kami lupa membawa bekal apapun. Bahkan air minum pun enggak. Ya udah alamat ngos-ngosan.
Selama perjalanan menuju kesana kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam hijaunya perbukitan sekitar. Sahut sahutan burung-burung juga akan menambah kesan alami yang begitu terasa.
Untuk menuju ke bagian bawah jaraknya cuma sekitar 1 Km. Kalau jalanya datar mungkin bisa cepet ya? tapi kalau jalanya menurun, setapak, serta terjal mungkin agak lama karena harus extra berhati-hati. Nggak cuma medan jalanya aja yang masih susah banyaknya nyamuk-nyamuk kebun juga kerap kali menggigit kami.
Tips buat kamu yang mau kesini jangan lupa bawa minuman ya sob, soalnya disekitar lokasi udah nggak ada warung. Terus bawa pakaian panjang juga, atau jaket. Soalnya banyak nyamuk dan semak belukar yang tinggi bisa membuat kulit gatal. Selain itu kita harus pakai logika dalam memilih jalan. Soalnya nggak ada papan penunjuk arah menuju ke ke lokasi curug.
Tak terasa akhirnya kami pun sampai di bawah curug lawe. Terlihat dengan jelas ketinggian curug lawe ini. Kalau saya perhatikan mungkin berkisar 50 meter. Atau malah bisa lebih. Ternyata sampai bawah pun kami belum bisa bernafas lega karena lokasi curugnya masih agak jauh. Jadi kalau mau lebih mendekat kita harus berjalan menyusuri sungai terlebih dahulu sob. Banyaknya bebatuan membuat perjalanan menjadi agak lambat karena kami harus memilih pijakan batu yang kuat. Sesekali harus menceburkan kaki ke sungai karena tidak ada pijakan. Harus punya pegangan pas melewati arus sungai karena licinya bebatuan didasar sungai kerap kali membuat saya hampir terpeleset.
Di sepanjang aliran curug lawe ini kondisinya begitu kotor. Banyak sampah-sampah rumah tangga yang tersangkut di pinggir-pinggir sungai dan di bebatuan. Sangat disayangkan sih sebenanrnya. Misalkan di kelola dengan baik dan di jaga kebersihanya mungkin objek wisata curug lawe ini bisa menjadi destinasi wisata andalan di kota Temanggung.
Niat kami yang tadinya mau ke bawah curug lawe persis pun akhirnya kandas mengingat semakin kesana medanya semakin sulit. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di pinggir sungai sembari melepas lelah akibat menempuh perjalanan yang cukup menguras energi.
Aliran air curug lawe ini nggak terlalu bening. Warnanya agak-agak keruh. Biota air seperti ikan juga tidak terlihat di bibir sungai. Namun masih ada beberapa spesies capung yang sliwar-sliwer kesana kemari. Selain terdapat bebatuan yang besar di pinggir sungai ditumbuhi oleh semak belukar yang tinggi. (22/1016) Saya melihat tebing di sebelah curug lawe ada yang longsor. Dan nampak ada beberapa batang kayu yang masih tersisa. Memang sampai saat ini kondisinya masih belum begitu terawat.
Tak beberapa lama kemudian matahari kembali tertutup oleh awan. Akhirnya kami memutuskan untuk cabut saja. Nah perjalanan pulang inilah yang malah justru lebih menguras energi. Kenapa? karena medanya menanjak. Mungkin bagi yang sering muncak udah nggak kaget lagi dengan medanya. Di perjalanan pulang ini kami lebih sering beristirahat daripada tadi pas berangkat.
Singkat cerita kami udah sampai diatas dan mengambil sepeda motor yang kami titipkan dirumah warga. Saat pulang kami lebih memilih perjalanan memutar dengan lewat Bejen saja dari pada melewati medan yang seperti tadi pas berangkat. Mending lewat jalan yang bagus tapi jauh ketimbang lewat jalan yang dekat tapi kurang bagus.
Posting Komentar