Simbol adalah manifestasi dari imajinasi, perasaan, dan pikiran manusia yang diwujudkan melalui penggabungan dari bentuk dan nilai suatu objek atau keadaan. Ekspresi tersebut pada dasarnya merupakan pengalaman estetik seseorang. Melalui pengalaman estetik, manusia selalu terhubung dengan nilai-nilai yang terkandung dalam keindahan tersebut.
Hal ini seringkali mengarah pada pencarian akan "Keindahan Yang Tak Terhingga, Yang Mutlak". Pada titik ini, pengalaman estetik akan bermetamorfosis menjadi pengalaman religius. Sebaliknya, pengalaman religius dapat mendorong seseorang untuk mengekspresikannya dalam pengalaman estetik.
Pengalaman Estetik, yang ingin saya garis bawahi, adalah bahwa setiap individu memiliki pengalaman estetik yang unik. Hal ini tidak bisa disamakan, tidak bisa dipaksakan standar tertentu. Setiap individu memiliki sensitivitas yang berbeda, selera yang berbeda, dan ini tidak bisa disamakan.
Dengan memahami hal ini, wajar jika persepsi seseorang terhadap keindahan keris bisa berbeda-beda. Melihat satu keris saja, ada yang mengatakan bahwa keris itu indah dan bagus, sementara yang lain mungkin menganggapnya biasa saja. Ini bergantung pada pengalaman pribadi dan pengalaman estetik masing-masing individu. Kemampuan setiap individu tidak bisa dipaksakan atau disamakan.
Meskipun seseorang dapat mengajarkan pengalaman mereka kepada orang lain, tetapi jika orang tersebut memiliki sedikit pengalaman estetik, kurang teliti, dan kurang mampu merefleksikan pengalaman tersebut secara lebih luas, maka sulit bagi mereka untuk memahami pengalaman tersebut dengan baik. Ini adalah hal yang wajar.
Seperti di sekolah, meskipun buku dan guru sama, waktu belajar sama, namun ada yang lebih pintar, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang kesulitan dalam memahami pelajaran. Hal ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu dicemaskan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman estetik seseorang sangatlah penting dalam memahami keris sebagai sebuah simbol.
Posting Komentar